Taiwan Pada Masa Chiang
Kai Shek
Taiwan memiliki sistem politik yang berbeda dengan
sitem politik di RRC,
menggunakan asas demokrasi dan liberalisme
yang umum digunakan negara -negara barat. Republik Cina yang dipimpin oleh
Chiang Kai Shek yang berhaluan nasionalis kalah dari perang saudara dengan
Partai Komunis Cina (Zhongguo Gongchandang) pimpinan Mao Zedong dan mundur ke
Taiwan. Mao Zedong kemudian memproklamirkan berdirinya negara baru Republik
Rakyat Cina di Beiping,
yang kemudian diubah namanya menjadi Beijing dan selanjutnya ditetapkan sebagai
ibukota negara baru tersebut. Mao Zedong mendeklarasikan Republik Rakyat Cina
dan mendirikan sebuah Negara komunis.
Pemerintahan nasionalis Kuomintang
berpindah dari Cina Daratan karena kalah perang terhadap pasukan komunis, maka
Chiang Kai Shek menerapkan sistem pemerintahan darurat dengan asas tunggal satu
partai Kuomintang (KMT). Keadaan darurat ini guna mempersiapkan diri dalam
merebut kembali daratan Cina. Dalam situasi ini, terjadi pembatasan kegiatan
pers politik dan pembungkaman kaum oposisi yang justru banyak berpengaruh di kalangan
penduduk Taiwan asli. Keadaan ini berlaku sampai Chiang Kai Shek wafat.
Sejak Oktober 1949, Taiwan terus berusaha memisahkan
diri dari Cina. Usaha yang dilakukan oleh Taiwan yaitu Pragmatic Diplomacy yang
dijalankan Taiwan memperlihatkan keinginan untuk melepaskan diri dari Cina.
Taiwan giat membuka hubungan diplomatik dengan berbagai negara di Afrika
ataupun memberi bantuan dana kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
diterjemahkan oleh Beijing sebagai keinginan untuk mendirikan negara terpisah.
Taiwan selanjutnya mencoba kembali untuk menjadi anggota PBB, akan tetapi gagal
setiap kali mencoba karena Cina menghalanginya. Cina berusaha mengedepankan
Dasar Satu Cina yang dipromosikan oleh pemerintah Republik Rakyat Tiongkok di
Cina Daratan di samping melakukan tekanan ekonomi dan diplomatik kepada Taiwan.
2.2 Kembalinya
Hongkong kepada RRC
.
Pada tahun 1911 terjadi Revolusi yang pertama di Cina dimana terjadi pergantian
kekuasaan dari kerajaan menjadi republik dan merupakan akhir dari kerajaan
Manchu. Kaisar menyerahkan kekuasaan pada tanggal 12 februari 1912 kepada
rakyat Cina yang diwakili oleh kaum nasionalis. Setelah Perang Dunai pertama
sitem komunis masuk ke Cina yang diakibatkan dari anti imperialis. Ajaran
Marxisme – Leninisme menjadi suatu gagasan untuk menuju kehidupan politik yang
baru. Komunisme bukan merupakan kekuatan yang dominan di Cina, karena sbelumnya
sudah terdapat kekuatan Nasionalis yang telah menggerakan revolusi pertama.
Nasionalisme dan komunisme merupakan masalah dalm negeri Cina, sedang masalah
luar negeri keduanya harus menghadapi bangsa narat dan Jepang.
Dalam konferensi Kairo 1943 dibahas
siapa yang berhak atas Hogkong, Presiden Amerika Serikat Roosevelt secara
pribadi menawari Chiang Kai Shek atas teritorial Hongkong bila mau bergabung
Mao Tze Tung melawan Jepang. Sedang pajabat kolonial Inggris Franklin Gimson
menuntut warganya agar tidak mau disingkirkan begitu saja, ketika perang dunia
II tahun1945 berakhir Gimson mewakili Ratu menerima kekalahan Jepang, dengan
begitu Hongkong jatuh kembali ketangan Inggris.
Dengan berakhirnya perang dunia II, Cina kembali disibukan oleh masalah dalm
negeri berkaitan dengan keberadaan dua kekuatan di Cina yaitu Nasionalis dan
Komunis, ketegangan keduanya berlanjut dengan terjadinya perang saudara antara
tahun 1945 – 1949. Perang berakhir dengan kekalahan dipihak nasionalis yang
kemudian menyingkir ke Taiwan, sedang komunis memproklamasikan Republik Rakyat
Cina tanggal 1 Oktober 1949.Usaha untuk menciptakan kemerdekaan dan penyatuan
bangsa yaitu dengan mempertahankan kekuasaan pusat atas apa yang dipandang
sebagai wilayah nasional. Pada tahun 1950-an Cina berhasil menyatukan Cina
daratan yang terpisah akibat imperialisme Barat, dan selanjutnya Cina harus
menyatukan kembali wilayah Hongkong, Macao, dan Taiwan. Bila di
hitung jangka waktu 99 tahun sejak disewanya New Teritories tahun 1898
oleh Inggris maka Hongkong kembali pada tahun 1997, pada tahun 1982 Perdana
Menteri Inggris Margareth Theacher berkunjung ke Cina untuk menbicarakan
masalah Hongkong namun belum mendapat kesepakatan antara kedua belah pihak.
Selama dua tahun isu pengembalian Hongkong semakin menarik perhatian, terutama
bagi warga Hongkong.
Pengembalian Hongkong dan Taiwan
dalam kedudukan Cina merupakan usaha RRC untuk membangun kembali Cina Raya,
dimana Cina mulai bangkit sejak tahun 1949 dan sejak di akuinya kedaulatan RRC
oleh Negara – Negara Barat. Hongkong dan Taiwan memiliki kesamaan yakni menjadi
wilayah yang strategis dalam perdagangan internasional sehingga Cina perlu
untuk menyatukan kembali kedua wilayah itu baik dalam politik maupun ekonomi.
·
Dalam bidang politik Hongkong
merupakan awal dari penghinaan terhadap kekaisaran Cina pada tahun 1942dan
pernyataan kembali Hongkong merupakan usaha untuk mengakhiri penghinaan selama
155 tahun,
·
Dalam bidang ekonomi Hongkong
merupakan kota perdagangan nomor tiga di dunia setelah New York dan London.
·
Dalam bidang politik, Taiwan
merupakan wilayah yang sah dari Cina yang memisahkan diri karena perbedaan
pandangan dalam politik, Taiwan juga merupakan hambatan bagi hubungan Cina
dengan Amerika Serikat.
·
Dalam bidang ekonomi Taiwan juga
merupakan kota perdagangan yang besar di kawasan Asia. Dengan penyatuan kembali
Hongkong dan Taiwan maka Cina akan lebih mudah menjadi kekuatan besar di Asia
Pasifik.
Taiwan merupakan wilayah yang paling
sulit untuk disatukan kembai dengan Cina karena konflik Taiwan berbeda dengan
Hongkong. Taiwan merupakan wilayah yang di kuasai oleh kelompok Nasionalis yang
pernah memimpin Cina sebelum tahun 1949 dan tetap menyerukan bahwa Komunis adalah pemerintah Nasional Cina yang sah. Sedangkan bagi RRC merasa bahwa
Taiwan secara hukum adalah wilayahnya..
Dengan habisnya Sewa New Teritories
pada tahun 1997, maka Hongkong dan Kowloon harus kembali juga kedalam
kedaulatan Cina. Turut kembalinya Hongkong dan Kowloon, berkaitan dengan
penyediaan air dan pemasokan makanan kedua daerah itu tergantung pada New
Teritories dan dari Cina. Bila Hongkong dan Kowloon memaksa untuk tidak kembali
ke Cina, dan Cina menghentikan pemasokan air dan makanan maka Hongkong dan
Kowloon akan lumpuh total, bagi Inggris tidak ada alternative lain, kecuali
menyerahkan ketiga wilayah tersebut kepada Cina.Selain meminta perpanjangan
waktu sewa New Teritories yang kemudian di tolak oleh Cina, dalam perundingan
Inggris juga mengusulkan Hongkong menjadi menjadi pelabuhan internasional yang
bebas seperti sebuah negara yang berdaulat, usulan ini juga di tolak Cina atas
dasar fakta historis bahwa Hongkong adalah wilayah Cina dan kedaulatan Cina
atas Hongkong tidak bisa di ganggu gugat.
Perundingan pengembalian Hongkong
kembali dilakukan oleh Inggris dan Cina tahun 1984. Maka disetujui dalam
Deklarasi Beijing 26 September 1984 bahwa pengembalian Hongkong pada tanggal 1
juli 1997 dengan menerapkan One Country Ywo System ( Satu Negara Dua Sistem ),
dimana Cina akan membiarkan sistem kapitalis di Hongkong setidaknya 50 tahun
setelah tahun 1997.
Janji yang diberikan RRC untuk
mempertahankan suatu status istemewa bagi Hongkong seperti waktu berada dibawah
Inggris sampai abad dua puluh satu, mungkin masih dipercaya oleh orang Cina di
Hongkong. Tetapi janji Cina tidak dapat dipercaya begitu saja karena kebijakan
– kebijakan politik Cina dapat berubah secara tiba – tiba, hal inilah yang
menjadi bagian keresahan warga Hongkong. Selama
berada dibawah pemerintah Inggris, Hongkong dipimpin oleh seorang Gubernur yang
langsung ditunjuk oleh Ratu Inggris. Untuk menggantikan puncak pimpinan
Hongkong setelah kembalinya Hongkong ke Cina, pada tanggal 11 Desember 1996
Cina mengangkat Chief Executive sebagai pengganti gubernur. Kepala Ekskutif
yang diangkat adalah Tung Chee-hwa menggantikan Gubernur Hongkong Chris Patte,
Tung Chee-hwa akan mengawali tugasnya pada tanggal 1 Juli 1997.Terpilihnya Tung
sebagai Chief Exxecutive tidak lepas dari hubungan dekat dengan presiden RRC
Jiang Zemin, dengan kedekatanTung dengan RRC.
Pemerintah Cina bertekad untuk tetap
mempertahankan Hongkong seperti yang telah dirintis Inggris, hal ini berkaitan
dengan pembangunan ekonomi Cina yang dimulai oleh reformasi Deng Xiaoping,
Hongkong akan memberi peran terhadap pertumbuhan perekonomian Cina yang telah
menerapkan politik pintu terbuka sejak tahun 1978 yang di mulai di kota
Guandang, pujian, Sanghai dan Senzhen yang berdekatan dengan Hongkong. Namun
Hongkong tetap khawatir karena kebijaksanaan pemerintah Cina sejak awal tahun
1980 adalah khas kombinasi ekonomi dan politik, dalam bidang ekonomi diberi
kelonggaran sedang dalam bidang politik tetap berpegang pada komunisme.
Tsang Yok Sing ketua partai aliansi
demokrasi untuk Hongkong merasa optimis dengan tekad Cina untuk mempertahankan
Hongkong seperti berada di bwah pemerintah Inggris. Sang berpendapat bahwa
jalan yang terbaik bagi Hongkong ialah melalui pendekatan dan dialog dengan
RRC. Hongkong tidak punya pilihan lain karena secara historis Hongkong harus
kembali pada Cina pada tanggal 1 Juli 1997. Rakyat
Hongkong seharusnya tidak perlu gelisah dengan kedatangan tentara pembebasan
rakyat. Penempatan TPR di Hongkong menurut Basic Law yang menjadi konstitusi
mini bagi Hongkong setelah penyerahan kedaulatan dari Inggris, mewakili
kepentingan kedaulatan Cina di Hongkong. Tugas TPR menurut dasar hukum Hongkong
adalah bertanggungjawab atas pertahanan Hongkong, masalah luar negeri, menjaga
stabilitas sosial dan masalah lain yang ditetapkan oleh undang-undang. TPR
tidak bertanggungjawab terhadap pemerintah lokal Hongkong. Untuk keamanan dalam
negeri secara penuh berada di tangan kepolisian dan pemerintah Hongkong. Namun,
baik kepolisian maupun pemerintah Hongkong boleh mengajukan permohonan minta
bantuan kepada komando militer Cina bila ada perusuhan sosial di dalam wilayah
Hongkong atau bencana alam.
Bagi penduduk Hongkong dalam
menyambut penyerahan kekuasaan Hongkong pada Cina, menjadi dua hal yang
membingungkan, apakah harus menyambut penyerahan itu dengan cara gembira karena
kembali ke pangkuan ibu pertiwi, atau sedih karena tidak menjadi bagian dari
pemerintah Inggris yang telah memanjakan dengan kebebasan. Apapun alasan
kekawatiran penduduk Hongkong setelah berada di bawah RRC tidak akan dapat
mengubah keputusan pengembalian Hongkong pada tanggal 1 Juli 1997 karena sewa
new teritories sudah habis dan sudah di setujui oleh Inggris dan Cina dalam
deklarasi bersama pada tanggal 26 September 1984. Apapun perasaan penduduk
Hongkong, pada malam penyerahan Hongkong mereka tetap larut dalam pesta besar. Para
pemerhati politik internasional menyambut kembalinya Hongkong dalam RRC, bagi
peristiwa paling besar pada abad ke-20. Upacara penyerahan Hongkong pada Cina
berlangsung pada tengah malam tanggal 30 Juni 1997, 4000 tamu terhormat dari
dalam maupun luar negeri hadir atas undangan Inggris dan Cina. Delegasi inggris
sebagai pihak yang akan menyerahkan kedaulatan dipimpin oleh pangeran Charles
dengan anggota Perdana Menteri Tony Blair, menteri luar negeri Cook, mantan
gubernur Hongkong Chris Patten dan komandan tentara Inggris mayor jenderal
Bryan Dutton. Dari pihak Cina dipimpin oleh presiden Jiang Zemin dengan anggota
perdan menteri Li Peng, Menteri Luar negeri Qian Qichen, komandan garnisun dan
tentara pembebasan rakyat jenderal Liu Zhenwu, dan kepala eksekutif Tung
Che-Hwa.
Dalam upacara penyerahan, yang
pertama memberitahukan pidato adalah pangeran Charles, dalam pidatonya pangeran
Charles menekankan pada perubahan yang berkesinambungan yang berarti Hongkong
sebagai wilayah administrasi khusus di bawah RRC akan terus dengan sistem
ekonomi dan gaya hidup seperti sebelumnya. Bagi Inggris hari penyerahan
Hongkong merupakan saat-saat perpisahan yang menyedihkan, Inggris telah
membangun Hongkong dari daerah yang tandus menjadi kota pelabuhan yang besar
dan akhirnya harus dikembalikan kepada Cina karena kontrak sewanya telah habis.
Sebaliknya bagi Cina, merupakan saat untuk berpestapora dan bergembira karena
kembalinya hak atas pulau yang sudah lama dikuasai imperialis barat.
Bagi Cina
Hongkong merupakan aib sejak Inggris memaksa Cina menandatangani perjanjian
Nanking 1842. Kembalinya Hongkong pada tanggal 1 Juli 1997 bukan sekedar
bersatunya kembali Hongkong melainkan sekaligus merupakan symbol pulihnya
kehormatan nasional Cina dan awal terwujudnya impian Cina Raya.
Sukses dalam mengambil alih Hongkong
menjadikan RRC percaya diri bahwa pada akhirnya akan bisa menyatukan seluruh
wilayah Cina. Sukses ini akan mengacu pada pengembalian Macao dan Taiwan.
Kembalinya Macao tidak terlalu Sulit karena Portugis telah menyetujui
pengembalian Macao pada tahun 1999. Yang paling sulit disatukan adalah Taiwan,
sehingga sukses pelaksanaan prinsip satu Negara dua sitem akan dapat menarik
Taiwan untuk bersatu dengan Cina.
Bagi Cina kembalinya Hongkong dapat memberi dukungan untuk memperkuat posisi
Cina di kawasan Asia Timur. Impian kebangkitan seperti jaman kekaisaran,
sebagai negara yang di kagumi oleh negara – negara lain sudah mulai disiapkan
sejak kemenangan system komunis pada tahun 1949. Ditambah lagi dengan perubahan
kebijakan tahun 1987 oleh ketua Partai Komunis Deng Xiaoping dengan empat
modernisasa dalam bidang pertanian, industri, tekhnologi, dan pertahanan dan
kebijakan pintu terbuka, Cina mulai mengejar ketinggalan dari negara – Negara
maju.
Kembalinya Hongkong sebagai kota perdagangan yang maju akan memberi pemasukan
bagi Cina, waktu reunifikasi Hongkong sangat tepat karena Cina memerlukan
bantuan dana untuik mngembangkan empat modernisasi dan sumbangan devisa dari
Hongkong akan sangat bermanfaat bagi Cina. Hongkong merupakan tempat perekonomian paling bebas, tempat
yang pendapatan perkapitanya terbesar kedua di dunia, tempat yang memiliki
angka pengangguran paling kecil, dan tempat penyediaan investasi asing secara
langsung. Dengan kekuatan ekonomi dan perdagangan Hongkong, Cina berharap akan
dapat memacu kemajuan di zona – zona ekonomi khusus Cina yang berdekatan dengan
Hongkong, yakni Shanghai, Fujian, Guandong, dan Senzhen.
Kekuatan ekonomi Hongkong yang sangat menguntungkan Cina
sehingga tidak ada niat untuk mengubah sistem suatu negara dua sistem. Apabila
Cina mengubah sistem satu negara dua sistem di Hongkong maka Cina akan
mendapatkan rusaknya perekonomian Hongkong, sulitnya menarik Taiwan untuk
bersatu dengan Cina, dan jatuhnya kehormatan Cina di mat dunia Internasional
karena telah mengingkari Deklarasi Bersama pada tahun 1984.
Dengan
kembalinya Hongkong berarti RRC akan lebih mudah untuk menggeser kekuatan
Amerika Serikat di Asia Pasifik dan Cina akan dapat mewujudkan ambisinya untuk
menjadi kekuatan militer regional. Dan apabila Cina telah mampu mewujudkan
reunifikasi nasional maka Cina akan mendapatkan tambahan penduduk dari Taiwan,
Hongkong dan Macao sehingga Cina yang memiliki jumlah penduduk terbesar di
dunia dan Cina akan dapat menguasai perekonomian pada abad ke-21.
2.3
Masa
Depan Taiwan Setelah Hongkong Kembali ke RRC
Setelah melalui perundingan-perundingan selama kurang lebih 2
tahun, akhirnya pada tanggal 26 September 1984, pemerintah Inggris dan
pemerintah RRC berhasil menyepakati sebuah deklarasi bersama tentang masa depan
Hongkong setelah habis masa sewanya pada tanggal 30 Juni 1997. Selanjutnya pada
tanggal 19 Desember 1984 di Peking, PM Margaret Thatcher dan PM Zhao Ziang
menandatanganinya.
Hasil perundingan Inggris – RRC mengenai masa depan Hongkong
itu ditanggapi oleh pimpinan Koumintang di Taipei. Mereka yakin bahwa Taiwan
akan menjadi target berikutnya saperti yang dikatakan oleh Peng Zhen tanggal 16
Juli 1982 di depan kongres nasional rakyat bahwa Hongkong,Taiwan dan Makao akan
menjadi wilayah administrasi khusus (SAR) dibawah pimpinan Peking. Mereka
menyatakan bahwa dengan berhasilnya RRC menguasai Hongkong tanpa mempergunakan
senjata,Taiwan akan lebih mudah mendapat tekanan internasional untuk mengadakan
perundingan dengan Peking dan memakai formula Hongkong. Meskipun demikian
kebijakan pemerintah Nasioanalis adalah tetap tidak mau kompromi dengan Peking.
Dari analisa kejadian
tersebut, didapati Timbulnya Masalah antara RRC dan Taiwan. yang pertama
persoalan ini bermula sejak pecahnya perang saudara pada tanggal 12 April 1927,
antara kaum nasionalis pimpinan Chiang Kai Shek dengan kaum komunis pimpinan
Mao Tse Tung. Yang kedua, masalah Penyatuan Taiwan. Masalah penyatuan Taiwan
dengan Cina daratan bagi Peking memang pasti alasannya, yakni yang pertama ,bahwa secara simbolis
penyatuan ini merupakan lambang keberhasilan revolusi komunis dan selama belum
bersatu revolusi belum selesai hal ini menurut anggapan RRC. Yang kedua,secara
strategis pulau taiwan akan meningkatkan posisi geo-politik RRC dikawasan
pasifik barat,yang sekarang menjadi ajang pertarungan negara-negara
besar.ketiga,keberhasilan menyatukan Taiwan ini merupakan suatu prestise
tersendiri bagi para pemimpin RRC dari masa ke masa selalu berusaha untuk
menyatukannya walau selalu gagal.
Sementara
bagi Taiwan tampaknya masih tetap memegang prinsipnya.Taiwan tidak akan pernah
sekallipun mau bersatu kembali dengan RRC.Taiwan tetap pada tujuan semula,
apapun yang terjadi itu telah menjadi tekadnya.Dalam tahun 1983, Sun Tun-Suan
yang pada waktu itu menjabat sebagai Perdana menteri Taiwan dalam pernyataannya
mengatakan : ‘ Kami mengemban tugas penting yaitu: pertama membangun kembali
ketahanan nasional dan kedua merebut kembali cina daratan ini merupakan
kebijkan kami yang paling fundamental,tak bisa diubah. Bagi Cina komunis
memperebutkan masalah perdamaian hanya semata-mata bentuk lain dari perang.
Kami tak akan menanggapinya. Cina harus di satukan, merdeka, demokratis, bebas,
progresif, terbuka dan damai. Bangsa Cina bersatu berdasarkan San Min Chu I nya
Dr.Sun Yat Sen “.
Dimata
Amerika Serikat,Taiwan memang mempunyai kedudukan Strategis,amat penting bagi
Amerika Serikat, sebab:
1.
Taiwan dapat dikatakan Pro barat.hal
ini jelas menguntungkan Amerika Serikat.
2.
Posisi Taiwan di Laut Cina Selatan
sangat menguntungkan bagi Amerika Serikat. Dengan adanya pasukan Amerika
Serikat disana ,akan terjaga jalur sumber daya, jalur perdagangan antar
sekutu-sekutunya,misalnya Jepang,dan negara-negara lain. Mengingat kawasan ini
merupakan jalur lalu lintas yang penting.
3.
Sistem sosial ekonominya seperti
yang dinginkan Amerika Serikat yakni bebas.
4.
Adanya kekuatan Amerika Serikat di
Taiwan bisa menjadi semacam peringatan bagi Uni Soviet yang kini sedang
terlibat dalam pergumulan kekuatannya dengannya dikawasan ini,antara lain
dengan ditempatkannya armada Uni soviet di Cham Renh Bey,Vietnam.
5.
Amerika Serikat pasti tak tega
membiarkan sekutunya jatuh ke tangan komunis.
6.
Menjaga keseimbangan di kawasan ini.
Mayoritas rakyat Taiwan
menginginkan status quo dan menolak tawaran unifikasi dari Republik Rakyat
Tiongkok (Tiongkok Daratan) atau memerdekakan diri seperti yang dituntut banyak
pihak. Taiwan menginginkan kebebasan dan perdamaian. Rakyat Taiwan menolak
tawaran renifikasin dari Tiongkok Daratan walau dengan jaminan Taiwan akan
tetap bebas sama seperti Makau dan Hong
Kong.
Sementara itu, sebanyak
25,9 persen responden memilih mempertahankan status quo apapun alasannya.
Sekitar 17,1 persen memilih status quo sekarang dan kemerdekaan menyusul,
sedangkan 10,6 persen memilih status quo dan reunifikasi menyusul. Sementara
itu, hanya 5,6 persen responden yang menginginkan kemerdekaan secepatnya, dan
1,4 persen memilih kembali bersatu dengan China sesegera mungkin.
Mengenai pembicaraan
damai antara Taiwan dan Tiongkok, kedua negara telah menyepakati 15 perjanjian
damai dan kerja sama, di antaranya kerja sama transportasi, kerja sama turisme¸
kerja sama pengamanan makanan, kerja sama dalam bidang layanan pos, kerja sama
dalam pemberantasan kejahatan dan bantuan peradilan, kerja sama keuangan,
kesepakatan kerja sama karantia dan inpseksi produk pertanian, kerja sama
saling menghormati antarnelayan, dan kerja sama perlidungan atas hak atas
kekayaan intelektual (HaKI). Respons masyarakat Taiwan atas 15 kesepakatan yang
telah dibuat itu pun beragam. Menurut beberapa penelitian dan studi yang
dilakukan, sebanyak 46,4 persen rakyat Taiwan menilai kesepakatan kedaua negara
itu sangat tepat. Sebanyak 29,5 persen mengatakan terlalu cepat membuat
kesepakatan dengan China, 14,4 persen mengatakan terlalu lambat, dan 9,7 persen
mengaku tidak tahu sama sekali.
Hubungan Tiongkok
Daratan dan Taiwan semakin membaik pasca kepemimpinan Presiden Ma Yng-jeau dan
Partai Kuomintang. Ia mengakui hubungan kedua belah pihak selama ini memang
sangat unik. ”Awalnya tak ada kontak sama sekali, kemudian makin mendekat
di bawah pemerintahan saat ini’. Mulai terjalin hubungan ekonomi,
perdagangan, dan pariwisata. Jutaan orang saling berkunjung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Taiwan
memiliki sistem politik yang berbeda dengan sitem politik di RRC, menggunakan asas demokrasi
dan liberalisme yang umum digunakan
negara -negara barat. Republik Cina yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek yang
berhaluan nasionalis kalah dari perang saudara dengan Partai Komunis Cina
(Zhongguo Gongchandang) pimpinan Mao Zedong dan mundur ke Taiwan. Mao Zedong
kemudian memproklamirkan berdirinya negara baru Republik Rakyat Cina di Beiping,
yang kemudian diubah namanya menjadi Beijing dan selanjutnya ditetapkan sebagai
ibukota negara baru tersebut. Sejak Oktober 1949, Taiwan terus berusaha
memisahkan diri dari Cina. Upaya-upaya dilakukan oleh Taiwan akan tetapi gagal
setiap kali mencoba karena Cina menghalanginya. Cina berusaha mengedepankan
Dasar Satu Cina yang dipromosikan oleh pemerintah Republik RakyatTiongkok.
Pengembalian Hongkong dan Taiwan
dalam kedudukan Cina merupakan usaha RRC untuk membangun kembali Cina Raya,
dimana Cina mulai bangkit sejak tahun 1949 dan sejak di akuinya kedaulatan RRC
oleh Negara – Negara Barat. Hongkong dan Taiwan memiliki kesamaan yakni menjadi
wilayah yang strategis dalam perdagangan internasional sehingga Cina perlu
untuk menyatukan kembali kedua wilayah itu baik dalam politik maupun ekonomi. Perundingan
pengembalian Hongkong kembali dilakukan oleh Inggris dan Cina tahun 1984. Maka
disetujui dalam Deklarasi Beijing 26 September 1984 bahwa pengembalian Hongkong
pada tanggal 1 juli 1997 dengan menerapkan One Country Ywo System ( Satu Negara
Dua Sistem ), dimana Cina akan membiarkan sistem kapitalis di Hongkong
setidaknya 50 tahun setelah tahun 1997.
Setelah
melalui perundingan-perundingan selama kurang lebih 2 tahun, akhirnya pada
tanggal 26 September 1984, pemerintah Inggris dan pemerintah RRC berhasil
menyepakati sebuah deklarasi bersama tentang masa depan Hongkong setelah habis
masa sewanya pada tanggal 30 Juni 1997. Taiwan masih tetap memegang
prinsipnya.Taiwan tidak akan pernah sekallipun mau bersatu kembali
dengan RRC. Dan mengenai perdamaian
antara Taiwan dan Tiongkok, kedua negara telah menyepakati 15 perjanjian damai
dan kerja sama. Hubungan Tiongkok
Daratan dan Taiwan semakin membaik pasca kepemimpinan Presiden Ma Yng-jeau dan
Partai Kuomintang.
0 komentar:
Posting Komentar